8.27.2009

Deteksi cemaran logam berat timbal (Pb) dan kadmium (Cd) pada Produk Jajanan Susu Pasteurisasi sebagai studi kasus di SD kawasan Tanjung Sari


Masalah logam berat Di Indonesia tampaknya sudah menjadi berita di media, bahkan kini logam berat telah ditemukan pada darah anak-anak siswa sekolah dasar berusia 12 tahun kebawah. Hasil penelitian di Departemen Teknik Lingkungan Institut Teknologi Bandung (2006) ternyata bahwa 66% anak-anak di Bandung dan 90% anak di Makassar memiliki rata-rata kadar Pb dalam darah di atas normal, rata-rata mencapai 14,13 mikrogram per desiliter, padahal WHO menetapkan batas maksimal kadar Pb dalam darah untuk anak-anak 10 mikrogram per desiliter.

Hasil penelitian tersebut menjelaskan bahwa sumber pencemaran logam berat yang ada pada anak-anak siswa sekolah dasar usia 12 tahun kebawah berasal dari emisi gas buang kendaraan bermotor. Namun bisa jadi, jajanan sekolah yang selama ini ada berkontribusi sebagai sumber pencemaran logam berat, misalnya pada susu pasteurisasi jajanan sekolah.

Kontaminasi Pb dan Cd dalam susu dapat terjadi karena faktor kontaminasi pakan hijauan dan air minum yang dikonsumsi sapi perah, (Darmono, 2001). Faktor lokasi penjualan, faktor peralatan yang digunakan selama proses pengolahan dan juga penambahan air (pemalsuan susu) serta faktor penyajian yaitu penambahan es batu kedalam susu, dimana air yang ditambahkan dan air yang menjadi bahan baku es batu bisa jadi mengandung logam berat.

Jumlah logam berat dalam susu memang tidak banyak, namun apabila susu dikonsumsi setiap hari, logam berat akan terakumulasi secaratotal dalam organ akumulator yaitu hati dan ginjal, hal ini dapat menyebabkan depresi, sakit kepala, sulit berkonsentrasi, daya ingat terganggu dan juga berimplikasi terhadap penurunan tingkat kecerdasan (IQ). Sebuah penelitian mengungkapkan bahwa ternyata kandungan Pb dalam darah anak memiliki hubungan terbalik dengan poin IQ, makin tinggi kadar Pb dalam darahnya, makin rendah point IQ yang dimiliki, sedangkan keracunan akut yang disebabkan kandungan logam berat yang berlebihan dapat menyebabkan ganguan syaraf, kelumpuhan, kerusakan ginjal bahkan kematian dini.

Kontaminasi Pb dan Cd dari susu dapat terjadi terjadi pada kawasan industri kecil sapi perah yaitu kawasan yang sebagian besar masyarakatnya beraktivitas sebagai peternak sapi perah tradisional, salah satu kawasan tersebut, diantaranya adalah kawasan Tanjung Sari. Tanjung Sari merupakan kawasan yang sebagian besar masyarakatnya beraktivitas sebagai peternak sapi perah, tercatat dengan jumlah mencapai 1487 orang dan terdapat sapi yang laktasi 2584 ekor (Suwarna, 2005).

Sebagai daerah industri kecil, proses pengolahan dan penyajian susu di kawasan Tanjung Sari masih sangat sederhana dan hanya didasarkan pada pengetahuan empiris hal tersebut berpotensi cukup tinggi terhadap kontaminasi, terutama kontaminasi logam berat Pb dan Cd, terutama bagi kesehatan anak-anak siswa sekolah dasar berusia 12 tahun kebawah yang menjadikan aktivitas mengkonsumsi susu sebagai rutiniras setiap hari.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar